2021-10-13 10:33:47

Hernia dan Turun berok apakah sama?





Hernia atau turun berok adalah benjolan yang muncul akibat keluarnya organ dalam tubuh melalui jaringan di sekitarnya yang melemah. Jika dibiarkan tidak tertangani, hernia bisa menyebabkan aliran darah tersumbat sehingga terjadi kematian jaringan.

 

Jenis-jenis hernia

Berdasarkan lokasi kemunculannya, turun berok dapat dibedakan menjadi sebagai berikut

1. Hernia inguinalis

Hernia inguinalis adalah jenis yang paling umum dan lebih sering dialami pria daripada wanita. Ciri utamanya yakni munculnya usus melalui lubang pada bagian bawah perut atau dekat pangkal paha yang disebut saluran inguinalis. Gejala paling umum pada kondisi ini adalah munculnya tonjolan pada pangkal paha. Tonjolan dapat muncul tiba-tiba sebagai akibat dari ketegangan berlebih akibat:

  • Mengangkat beban,
  • Bersin dengan keras,
  • Batuk terus-menerus,
  • Mengejan saat buang air kecil atau buang air besar, dan
  • Peningkatan tekanan dari dalam perut.

 

2. Hernia femoralis

Hernia femoralis sering disalahartikan sebagai jenis inguinal karena keduanya muncul di daerah yang mirip dan penyebabnya hampir sama. Akan tetapi, tonjolan pada hernia femoral muncul pada perut bagian bawah, selangkangan, pinggul, atau paha atas. Benjolan kecil hingga sedang mungkin tidak menimbulkan gejala. Namun, benjolan berukuran besar atau yang muncul pada paha dan pinggul atas bisa menyebabkan nyeri. Nyeri terasa paling parah saat berdiri atau mengangkat benda berat.

 

3. Hernia umbilikalis

Hernia umbilikalis terjadi pada bayi baru lahir hingga usia 6 bulan. Kondisi ini terjadi ketika bagian usus mencuat melalui dinding perut di sebelah pusar. Tonjolan hernia pada bayi ini akan paling jelas terlihat ketika bayi menangis. Pada bayi dengan pusar bodong, tonjolan hanya muncul ketika bayi menangis atau batuk. Hal ini biasanya tidak menyakitkan untuk anak-anak, tapi kondisi yang muncul saat dewasa dapat menyebabkan rasa tidak nyaman pada perut.

 

4. Hernia epigastrik

Pada hernia epigastrik, usus menonjol melalui area otot perut yang terletak di antara pusar dan dada. Mungkin akan melihat adanya benjolan pada dada. Penyakit ini biasanya diobati dengan operasi hernia. Hernia hiatal cenderung berukuran kecil sehingga mungkin tidak merasakannya sama sekali. Akan tetapi, benjolan yang lebih besar dapat menyebabkan pembukaan diafragma yang lebih besar. Hal ini dapat menimbulkan gejala yang mirip dengan gangguan pencernaan, seperti:

  • Tekanan pada perut,
  • Perut terasa seperti diremas,
  • Nyeri dada,
  • Naiknya asam lambung,
  • Kesulitan bernapas atau menelan, serta
  • Rasa mulas.

 

5. Hernia insisional

Jenis hernia insisional terjadi setelah seseorang menjalani operasi pada perut. Sayatan yang dibuat saat pembedahan melemahkan area tertentu pada otot perut. Akibatnya, usus mencuat melewati bekas sayatan atau jaringan otot di sekitarnya. Gejala turun berok pascaoperasi bergantung pada ukuran sayatan. Gejala mungkin baru terasa dalam tiga minggu hingga enam bulan setelah menjalani operasi. Meski begitu, kondisi tersebut tetap bisa terjadi kapan saja.  Tonjolan pada lokasi sayatan adalah gejala yang paling umum. Jika ada terlalu banyak jaringan atau usus yang terjebak pada titik lemah, bisa merasakan nyeri yang hebat.

 

6. Hernia hiatal/hiatus

Hernia hiatal tidak menimbulkan tonjolan, tetapi mungkin mengalami gangguan pencernaan, mulas, dan nyeri dada. Kondisi ini dapat diatasi dengan obat-obatan dan perubahan pola makan, tapi kadang pembedahan tetap dibutuhkan.

 

Penyebab dan faktor risiko

Semua jenis hernia memiliki penyebab yang sama yaitu adanya dinding otot atau jaringan tertentu pada tubuh mempunyai bukaan atau bagian yang lemah. namun pelemahan otot terjadi dengan seiringnya waktu. 

Berikut beberapa penyebab umum dari pelemahan otot.

  1. Kondisi bawaan yang terjadi selama perkembangan janin dalam rahim dan hadir sejak lahir.
  2. Pertambahan usia.
  3. Kerusakan jaringan akibat cedera atau operasi.
  4. Batuk kronis.
  5. Olahraga berat atau mengangkat beban berat.
  6. Kehamilan, khususnya kehamilan berulang.
  7. Sembelit, yang membuat mengejan keras ketika buang air besar.
  8. Kelebihan berat badan atau obesitas.
  9. Penumpukan cairan pada perut (asites).

 

Apa yang meningkatkan risiko terkena hernia?

  1. Bayi prematur dan bayi dengan berat lahir rendah.
  2. Obesitas atau meningkatnya berat badan secara tiba-tiba.
  3. Mengangkat benda-benda berat.
  4. Diare atau sembelit.
  5. Batuk atau bersin terus-menerus.
  6. Kehamilan.

 

Apa saja tes yang biasa dilakukan untuk kondisi ini?

Dokter menggunakan riwayat medis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan posisi berbaring dan berdiri. Tes darah atau laparoskopi mungkin diperlukan. Rontgen dan ultrasonografi (USG) diperlukan untuk kasus tertentu.

Konsultasikan lebih lanjut!

Dokter Spesialis Bedah

dr Hendro Sulaksono, Sp.B 

Senin-Sabtu 10.00-12.00 WIB

 

dr Wahyu Priatmoko, Sp.B 

Senin, Rabu, Jumat 16.00-18.00 WIB

SHARE:        

Add Comment